Metoda Pengajaran Akuntansi Di Tingkat Pengantar Menggunakan Persamaan Dasar Akuntansi Berbasis Logika Matematika

(From Rule of Thumb Toward Algebraic Equations Rationality)

Authors

  • Emkhad Arif

DOI:

https://doi.org/10.25299/kiat.2015.vol25(2).3027

Keywords:

Metoda Pengajaran Akuntansi, Persamaan Dasar Akuntansi, Logika Matematika

Abstract

Pendahuluan Ilmu akuntansi bukanlah sebuah dogma, doktrin apalagi ilmu magic. Angka-angka di laporan keuangan bukanlah sebuah angka yang turun dari langit dan sulit untuk dinalar dan logikakan. Akuntansi juga bukanlah sebuah pelajaran cerdas-tangkas, dihafal dan kemudian dilupakan. Untuk bisa memahami akuntansi tanpa ada resistensi dari pembelajar akuntansi (accounting scholarship) dan nonakuntansi, maka pembelajaran akuntansi harus diberikan ruang untuk bebas berfikir, kritis, bernalar dan mengaplikasikan pengetahuan dalam berbagai konteks keuangan. Maka yang dibutuhkan untuk menimbulkan sikap tersebut adalah pola pembelajaran dengan menggunakan contructive view of learning, luaranya pada penekanan makna dan pemahaman, yang pada akhirnya mengendalikan pengetahuan yang didapatkan secara terstruktur untuk dapat menyelesaikan praktekpraktek akuntansi yang berkembang secara kontekstual. Selama ini konsep pembelajaran akuntansi di Indonesia lebih cenderung mengarah pada konsep pembelajaran reproductive view of learning (Byrne and Flood, 2004). Hal ini dikarenakan kuatnya hegemoni dunia barat dalam menanamkan dogmanya kepada pembelajar di dunia timur khususnya di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan pemakaian standar yang digunakan di negara barat juga digunakan di negeri ini tanpa adanya proses penalaran dan daya kritis terhadap standar tersebut.

Introduction Accounting science is not a dogma, a doctrine let alone magic. The numbers in the financial statements are not numbers that fell from the sky and are difficult to reason and logic. Accounting is also not an agile lesson, memorized and then forgotten. To be able to understand accounting without resistance from accounting and non-accounting students, accounting learning must be given space to think freely, critically, reason, and apply knowledge in various financial contexts. So what is needed to create this attitude is a pattern of learning using a constructive view of learning, the output of which is to emphasize meaning and understanding, which in turn controls the knowledge gained in a structured manner to be able to complete accounting practices that develop contextually. So far, the concept of accounting learning in Indonesia more likely to lead to the concept of reproductive view of learning (Byrne and Flood, 2004). This is due to the strong hegemony of the western world in instilling its dogma to learners in the eastern world, especially in Indonesia. This can be seen with the use of standards used in western countries are also used in this country without any reasoning process and critical power to these standards.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Dai, Xiling. “On teaching reform of accounting major in colleges and universities in China”. Asian Sosial Science, 2011.
Warsono, Sony et.al. “Akuntansi Pengantar 1 Berbasis Matematika.” Asgard Chapter, 2009
Sangster, Alan. “Using accounting history and Luca Pacioli to put relevance back into the teaching of double entry”. Accounting Business & Financial History, 2010.
Suwardjono. “Perekayasaan informasi akuntansi untuk alokasi sumber daya ekonomik secara efisien melalui pasar modal.” Majalah Akuntansi edisi Desember 1990.

Downloads

Published

2015-12-15